
Pada bulan Desember 1916 lebih dari 17.000 tentara Inggris secara resmi dinyatakan menderita nervous atau mental disability atau sekarang lebih dienal dengan sebutan shell-shock atau post-traumatic stress disorder, meski begitu otoritas militer Inggris terus menuntut dan mendakwa para penderitanya sebagai "pengecut" dan "desersi" , sehingga mereka dihukum mati dihadapan regu tembak jika terbukti "bersalah".
Pada tanggal 16 Agustus 2006 pemerintahInggris mengumumkan bahwa pemerintah akan memaafkan 308 tentara Inggris yang telah dihukum tembak karena dituduh sebagai 'pengecut' dan 'desersi' selama Perang Dunia Pertama tahun 1914-18. Keputusan itu diratifikasi oleh Parlemen pada 7 November 2006, dan menandakan arah balik sikap pemerintah yang selama ini selalu menyangkal segala bukti dan justfikasi demi memaafkan para korban.
Pembalikan ini mengikuti dan karena lobi maupun kampanye yang gigih selama bertahun-tahun oleh berbagai organisasi dan individu, banyak diantaranya para keluarga dan keturunan korban. Tidak mudah membayangkan enderitaan mereka, terutama bagi para janda dan orang tua selama ini, karena keputusan ini begitu sangat terlambat datangnya.
Here is more background about the Shot At Dawn campaign, and the history of this particularly shameful example of British institutional behaviour.
Peristiwa ini memberi pembelajaran bagi kita tentang berbuat benar (doing the right thing), dan mempertanggungjawabkan bagi yang tidak.
Catatan: Banyak orang yang tidak setuju dengan intrepertasi ini, karena bisa menjadi subyek perdebatan yang menarik, terutama dalam mentransfer isu dan prinsip-prinsip ke tantangan organisasi masa kini dan dunia yang sudah memasuki era informasi. Bagaimana dengan anda?
No comments:
Post a Comment